satu nama di slank paling berpengaruh dengan Slank


Karena dia, Slank menjelma sebagai grup musik yang mampu menyuarakan hal-hal besar dengan untaian kata dan nan bersahaja.
Slank adalah Bimbim. Inilah salah satu penegasan dari hasil penelisikan tim dataBeritagar.id terhadap lirik lagu-lagu Slank dari album studio mereka. Bukan hal baru, terutama bagi para penggemar yang lebih mendalami perjalanan bermusik Slank.
Tanpa bermaksud mengecilkan peran personel lain, harus diakui dalam penciptaan lagu Slank, Bimbim memang sangat menonjol secara individu. Di daftar pencipta lagu dari 21 album studio Slank, nama Bimbim sendiri muncul dalam 131 lagu.
Memang, dalam hal tertentu ada peran Abdi Negara (Abdee). Gitaris yang kini harus cuti dari kegiatan bermusik Slank karena kondisi kesehatan itu, diakui Bimbim sebagai pahlawan. Menurut Bimbim, buat dia dan juga Kaka, Abdee adalah pahlawannya, dalam hal membebaskan diri dari lingkungan narkoba.
Tapi soal penciptaan lagu lain lagi. Dari olah data lirik sebanyak 274 lagu dari 21 album studio Slank, ada nama Bimbim di 131 lagu. Selain itu, Kaka yang turut menyumbang 7 lagu. Selebihnya diciptakan bersama-sama, dan sebagian kecil membawakan kembali lagu ciptaan orang lain.
Kelugasan dalam lirik lagu menjadi ciri khasnya, sekaligus menandai fenomena baru musik Indonesia. Slank seolah tidak membutuhkan metafora atau alegori untuk membuat pendengarnya bergelora--yang penting pesan dapat mencapai tujuannya.

Dua periode penting, 1983-1996 dan 1997-2015, digunakan untuk memetakan proses berkarya Slank dari kaca mata kategori tema dan emosi. Di sinilah pasang-surut peran Bimbim bisa terlihat. Tentang kategori tema dan emosi, serta penggunaan kata dalam lagu, ulasan lengkapnya bisa disimak pada Laporan Khas bertajuk #33ThNgerock.
Tema sosial politik, mewarnai seluruh album studio mereka. Berikutnya ada tema cinta, sesuai visi Slank yang selalu memasukkan empat tema utama dalam album: cinta, sosial/politik, alam, dan kepemudaan. Pada semua tema, antusiasme kuat menyeruak.
Sedangkan penggunaan kosa kata, punya hubungan cukup kuat pada masing-masing tema. Kata ganti menjadi fokus, karena penggunaan kata-kata itu rupanya--entah sadar atau tidak--terhubung dengan tema dan emosi tertentu. Kata ganti mereka dan kalian, misalnya, berkelindan dengan tema sosial/politik, dengan nuansa amarah.
Laporan bagian akhir dari seri Slank #33ThNgerock ini ingin mencari penjelasan, mengapa dan bagaimana fenomena tersebut bisa muncul. Meski, tak semua jawaban bisa ditemukan secara gamblang. Satu hal yang pasti, dan sebenarnya bukan lagi sebuah misteri, ada peran Bimbim di baliknya.

Parlin Burman Siburian alias Pay (gitar), bersama Kaka (vokal) dan Indra Qadarsih (kibor), saat Konser 30 Tahun Slank di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta  (14/12/2013)
Parlin Burman Siburian alias Pay (gitar), bersama Kaka (vokal) dan Indra Qadarsih (kibor), saat Konser 30 Tahun Slank di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta (14/12/2013)
© Bambang E. Ros /untuk Beritagar.id

Masa Indah Formasi 13

Pada periode 1983-1996--disebut The Beginning di situs resmi mereka--Slank telah berubah formasi hingga 13 kali. Formasi awal mereka adalah Erwan (vokal), Bongki (gitar), Kiki (gitar), Bimbim (drum) dan Denny BDN (bass). Formasi ini tampil perdana dengan nama "Slank" di Universitas Nasional (UNAS) Jakarta.
Masuk-keluar personel terus terjadi, hingga pada 1989 Kaka resmi bergabung. Pada Formasi 12 sebelumnya, beranggotakan Bimbim, Imanez, Pay, Well Willy, dan Indra Qadarsih. Namun di tengah perjalanan, Imanez dan Well Willy hengkang, dan Bongki kembali bergabung.
Formasi 13 pun terbentuk, yang dinilai Slankers sebagai "formasi ajaib". Di situ ada nama Bimbim (drum), Bongki (bass), Pay (gitar), Indra Q (kibor), dan Kaka (vokal).
Pada periode ini, Bimbim memutuskan untuk merombak musik Slank. Mereka lalu bertemu Boedi Soesatio, seorang pembuat logo dan sampul kaset penyanyi-penyanyi ternama, yang juga sahabat Ayah Indra Q. Ia menawari Slank kontrak kerja sama setelah kepincut demo lagu Slank.
Boedi Soesatio lah yang pertama menilai Slank sebagai pembaharu di belantika musik rock Indonesia. Saat itu, pasar musik mulai jenuh dengan penyanyi pop dan grup band yang tak pede membawakan lagu sendiri.
Dari Formasi 13 bersama Boedi Soesatio, lahir album pertama. Lalu, tak terasa hingga album kelima, Minoritas (1996). Pada lima album studio ini, terdapat 6 lagu bertema politik, 16 lagu tema cinta, 22 tema sosial, 10 tema refleksi, 1 lagu pada tema alam dan lain-lain. Totalnya berjumlah 56 lagu dalam album studio.
Formasi ini melahirkan banyak karya bertema sosial dengan emosi marah, sebarannya mencapai 60 persen. Dalam tema yang sama, emosi bahagia sebanyak 50 persen. Sedangkan dalam kategori tema cinta bernuansa emosi antusias 60 persen, dan bernuansa sedih 50 persen. Tema cinta dan sosial, tampak sangat menonjol.
Lewat formasi ini pula, kategori emosi antusias, marah, bahagia, dan sedih proporsinya sama-sama menonjol. Pada era tersebut, sebagian besar lagu diciptakan bersama-sama, oleh semua personel Slank saat itu.
Tiga lagu Slank bahkan jadi pilihan majalah Rolling Stone Indonesia pada 2009. Ketiga lagu itu adalah "Memang" dan "Pulau Biru" dari album Kampungan (1991), dan "Terbunuh Sepi" dari Generasi Biru (1994). Kontribusi Bimbim juga ada di sana.
Keunikan dalam lagu-lagu selama Formasi 13 Slank, sepanjang lima album pertama tidak ditemukan lagu dengan tema madat. Ini berbeda saat formasi baru. Lagu bertema madat sejak 1997 sampai 2009 berjumlah 11 lagu, atau 5 persen dari total.
Formasi 13 yang begitu solid dan menciptakan beragam fenomena, akhirnya bubar juga. Peran Bimbim pun kian menguat. Ditandai dengan album Lagi Sedih (1997), penciptaan lagu sebagian besar oleh Bimbim sendiri. Tujuh dari total 16 lagu dari album tersebut. Sisanya, kolaborasi Kaka dan Bimbim.

Abdee, Kaka, Bimbim, Ridho, dan Ivanka. Formasi Slank yang tersisa kini. Adapun Abdee, cuti karena kondisi kesehatan.
Abdee, Kaka, Bimbim, Ridho, dan Ivanka. Formasi Slank yang tersisa kini. Adapun Abdee, cuti karena kondisi kesehatan.
© Bambang E. Ros /untuk Beritagar.id

Formasi 14 yang bertahan

Berdasarkan hasil perhitungan, proporsi penciptaan lagu oleh Bimbim semakin membesar. Puncaknya dalam album I Slank U(2012), ia menciptakan 13 dari 14 lagu dalam album itu. Satu lagu lagi, daur ulang karya Murry Koes Ploes, berjudul "Cubit2an" (Cubit-cubitan).
Dampaknya, dari 218 lagu sejak album studio 1997 sampai 2015, terjadi pergeseran emosi dalam lirik lagu. Dalam lagu bertema cinta, yang sebelumnya antusias berubah menjadi 66 persen bernuansa bahagia. Emosi sedih masih muncul meski tak besar.
Secara proporsi emosi marah muncul dalam tema politik 41 persen; tema cinta 32 persen; dan pada tema sosial sebanyak 20 persen. Meski berganti formasi, dalam tema sosial dan politik Slank tetap garang, emosi marah tetap kuat pada kedua tema.
Dengan Formasi 14, Slank mempertahankan lagu-lagu bertema cinta. Proporsi lagu cinta 32 persen, diikuti tema sosial 24 persen, dan politik 16 persen. Proporsi ini sedikit bergeser dibandingkan saat Formasi 13, yang memuat 28 persen lagu cinta, 10 persen tema politik, di bawah tema sosial yang mencapai 40 persen.
Inilah perubahan nyata sejak hengkangnya trio Pay, Bongki, dan Indra Q dari Formasi 13. Meski dalam perubahan ini, satu hal tetap terjaga: lagu bertema sosial, politik, dan cinta masih tetap hidup. Hanya proporsinya yang bergeser.
Sebaran tema lirik lagu, seperti dinyatakan Bimbim dan Kaka, memang dijaga agar selalu menyertakan tema sosial, politik, cinta, alam, dan youth movement atau kepemudaanSlank bahkan selalu membuat daftar periksa saat menyusun lagu untuk album baru.

Bimbim juga menuturkan, alasan namanya kerap muncul dalam daftar pencipta lagu Slank, biasanya karena faktor kelelahan personel lain setelah mengikuti tur panjang. "Butuh waktu istirahat kan temen-temen habis tur ke berbagai daerah, akibatnya kami jarang ngumpul," katanya.
Kondisi itu menurut Kaka, tidak bisa dipaksakan. Padahal mereka harus tetap membuat karya baru, dan setiap mengeluarkan album baru, pengulangan adalah hal yang dihindari. Harus ada hal baru yang ditampilkan kepada penggemar. Bimbim, mengambil inisiatif itu.
"Apalagi ini Slank umurnya 33 tahun, sudah ditunggu banyak penggemar. Akan selalu ditanyain, apa yang baru dari Slank," ujar Bimbim di markas Slank, Sabtu (17/12/2016).
Tetapi proses penciptaan lagu Slank, tak bisa diprediksi. "Ada yang cuma satu bait bisa beberapa hari, disimpan dulu karena mentok. Ditinggal. Nanti balik lagi. Ada pula yang langsung jadi seketika ide berdatangan, berebutan untuk minta ditulis. Beda-beda, enggak bisa diukur," ujar Kaka.
Personel Slank terkini, akhirnya selalu menyempatkan membuat lagu pada setiap kesempatan. Saat bisa berkumpul bersama, mereka pun berusaha membuat sesuatu. Semacam upaya menabung karya baru untuk proyek selanjutnya.
Sebagai band yang sudah mapan, menurut Bimbim, mereka juga pernah mengalami masa jenuh. Contohnya proses penggarapan albumI Slank U (2012). Namun karena tuntutan penggemar, mau tidak mau harus membuat album baru untuk diluncurkan. Itu penjelasan lain, mengapa Bimbim mendominasi daftar pencipta lagu dalam album tersebut.
Kebalikannya, menurut Kaka, Slank pun pernah bergelora dalam bikin album. Bahkan menurut pemilik nama asli Akhadi Wira Satriaji ini, ada lagu yang terpaksa "disingkirkan" dari album. "Saat pembuatan album 999+09 Slank punya lagu sampai 40 lagu. Saking banyaknya beberapa lagu harus diturunkan dulu," kenangnya.

Bimo Setiawan Almachzumi  alias Bimbim
Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim
© Muhammad Imaduddin /Beritagar.id

Bimbim, sang penjaga roh Slank

Pulau Biru, demikian Slank menamai markas mereka di Gang Potlot, Jalan Duren Tiga No. 14, di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Nuansa warna biru memang melingkupi bagian depan tempat itu. Mulai dari pagarnya yang bercat biru, hingga mural di tembok yang juga dominan warna biru.
Rumah di dalamnya, milik orang tua Bimbim, pasangan Sidharta M Soemarno dan Iffet V Sidharta. Rumah di atas tanah seluas sekitar 2.000 meter persegi di pinggir kali kecil itu dibangun pada 1968. Sejak itulah Bimbim tinggal di sana, ia masih berusia satu tahun. Kaka, yang masih terhitung sepupu, sudah akrab dengan tempat itu sejak kecil.
Slank memproduksi sendiri albumnya di bawah bendera Pulau Biru Production sejak album keempat. Aktivitas Slank pun terpusat di sana. Mulai dari kantor manajemen, studio rekaman, hingga Warung Potlot yang melayani makan masyarakat umum, serta para Slanker yang kerap berkunjung.
Di sanalah Bimbim--penggemar berat Rolling Stones--melahirkan karya-karyanya. Nama besar band rock asal Inggris itu, plus tumbuh di lingkungan penggemar grup musik yang populer pada era 1960-70an, membawa pengaruh besar padanya. Sebut saja nama kelompok musik Cikini Stones Complex yang dibentuk Bimbim.
Tapi bukan sekadar perihal musik yang dikagumi Bimbim dari The Rolling Stones. Cetak biru kelompok musik slenge'an yang berakar dari Cikini Stones Complex itu, juga terinspirasi semangat yang ditebar Mick Jagger dkk.
"Yang gue lihat dari Rolling Stones, sesama penggemarnya punya rasa kekeluargaan yang kuat. Istilahnya begini. Preman Jakarta sama preman Bandung ketemu, mau berantem, tapi begitu ngobrol dan tahu sama-sama pengemar Rolling Stones, langsung damai, tenang," kata Bimbim, dikutip Budi Setiyono dalam tulisannya di Pantau, 2002 silam.
Ini pula yang membuktikan, peran pria 50 tahun yang bernama asli Bimo Setiawan Almachzumi terhadap Slank, nyaris tak tergantikan. Ia tak hanya menciptakan sebagian besar lirik lagu Slank, tapi juga menjadi roh yang kini menghidupkan mereka-- menjadi lebih besar dari sebuah kelompok musik beraliran rock di Indonesia.
"Sejak awal kami berdiri, kami tidak pernah takut. Kita nge-band bukan untuk terkenal dan disukai banyak orang. Gak takut juga kalo fans-nya kabur. Kalo kabur berarti itu bukan Slankers, tidak paham dengan Slank berarti," ujar Bimbim.
Markas Slank di Gang Potlot itu, juga dikenal sebagai tempat bernaung anak-anak muda "antikemapanan". Komunitas yang berkumpul di tempat itu pernah melahirkan tokoh kreatif seperti Oppie Andaresta, Anang, Imanez, Kidnap, atau Andy Liani.
Bagi Slanker, sebutan para penggemar Slank, Gang Potlot sudah jadi semacam "tempat suci", yang tak boleh dilewatkan bila mengaku penggemar Slank sejati. Bahkan menurut Iman Fattah, musisi anak bassist God Bless Dony Fatah, "...Slank mirip seperti sebuah agama," seperti dikutip CNN Indonesia.
Kesimpulan Iman tak berlebihan, bila mengingat kembali kisah perpecahan di tubuh Slank pada era 1996-1997. Bimbim yang sempat berniat membubarkan Slank, mendapat ancaman dari penggemar lewat sebuah surat yang ditulis dengan darah. Si pengirim bersumpah akan membunuh Bimbim, jika ia benar-benar membubarkan Slank.
Maka terasa pantas bila disebut, tiada Slank tanpa Bimbim. Lirik ciptaan Bimbim, turut mengapungkan nama Slank sebagai grup musik yang mampu menyuarakan hal-hal besar dengan untaian kata dan nada nan bersahaja.

Comments

Popular posts from this blog

10 Bassist terbaik yang ada di indonesia

Deretan 10 Vokalis dengan suara melengking terbaik sepanjang masa

9 Band Rock Dan metal terbaik di indonesia